Cerita ini
kubuat untuk seseorang yg menyimpan perasaan sejernih telaga kautsar, sejernih
embun pagi yg menghadirkan kesegaran. Sekiranya cerita dusta ini menghadirkan
angan-angan semu. Ku mohon maaf darimu, teramat picik pemikiranku dan teramat
dangkal perbendaharaan kata-kataku. Sekiranya mampu menghadirkan senyum dalam
tepian bibirmu yg indah, maafkanlah diriku... cerita ini bukan untuk di puja.
Teramat
ingin melihat dirimu tersenyum, teramat ingin membuai dirimu dengan bahagia.
Hanya ini yg kumampu, menghadirkan cerita cinta yg tak sempurnah.
..............................................................................................................................
Ilalang
bernyanyi dalam merdu gesekan sukma, terlantun ayat-ayat rindu dalam sabda
cinta yg buta. Membentangkan sajadah panjang kerinduan tak bertepi. Melafalkan
Doa-do`a tak sempurnah Yang tersaji dalam kitab semu pengkhianatan. Kecuali
hakikat doa-ku yg suci, yang terpenjara dalam kubur kematian rindu kepadamu.
Teramat sukar untuk ku mengerti, kecuali hanya kekosongan dan kekosongan.
Kini
pembaringanku telah penuh oleh peluh kerinduan akan kematian, bersama
terhisapnya candu rindumu yg menusuk sukmaku begitu dalam. Telaga Kautsar dalam
angan surgaku. Tak seindah gambaran Neraka yg kau sajikan dalam kehidupanku.
Kini hanya serumpun ilalang gersang di padang
rindu, yg selalu membisikan ayat-ayat rindu penuh dusta. Yang membuat diriku
menunggu dalam tabir gelap malam. Bersama lentera kecilku yg telah padam.
Dalam
keseorangan yg terus merindukan dirimu, sepucuk bayanganmu tak pernah datang
dan bersua denganku, entah di mana kau tinggalkan dirimu sendiri. Berikan
kusatu kesetian untuk menunggu kepastian, sebagai penjemput ajal rindu yg terus
mencekam. Agar sekiranya malam gelapku menemukan purnamanya . Beginilah
siksanya kerinduan seorang insan, di timpa rindu kepanjangan bagai mengharap
embun hitam hadir di padang
rindu yg telah gersang.
Zahara
adalah gadis yang paling kurindukan di antara bidadari yg DIA kirimkan untukku.
Zahara yg selalu membuatku tersenyum di kalah susah maupun duka, tak pernah
kudengar peluhnya dan tak pernah ku tahu akan kisahnya. Kecuali sejuta kagum
untuknya, yg selalu hadir menghiasi hatiku kala diriku berjumpa denganya.
Aduhai teramat ingin diriku mengecup bibirnya yg indah merekah, bersama madu
kerinduan yg selalu dia sajikan dalam tutur katanya yg santun.
Juliah
Rahmi gadis cantik penuh pujaan, teramat banyak insan lelaki yg memimpikan
dirinya. Menjadi penghias hati dan sebagai istri yg soleha. Teramat suci
dirinya, sehingga diriku hanyalah sebuah duri yg menghisi tangkai bunganya.
Juliah di lahirkan dalam keluarga yg penuh dengan ketaqwaan. Tak pernah
kudengar sebuah fitnah datang kepada saudari Juliah dan Zahara, telah banyak
lelaki tampan dan hartawan datang berkunjung untuk meminang. tapi tak ada
satupun yg berkenan.
Siang hari
teramat terik, dan seteriknya hatiku yg lelah menunggu Zahara melintas siang
ini, bahda Zuhur sudah lewat satu jam yg lalu, seharusnya Zahara sudah melewati
warung kopi Milik Ibu Anissah. Tapi sampai pukul 13.37 tak kulihat Zahara
melalui jalan ini. Aduhai Apakah Zahara telah sadar bahwa diriku selalu mencuri
pandang dan selalu menunggunya datang, hanya untuk melihat betapa elok
kecantikkannya.
Kesal
bercampur lelah kini menghinggapi pikiranku, di dasar hatiku mulai muncul
perasaan was-was dan bimbang. kupikiri diriku tak akan pernah memiliki Zahara,
dan tak akan pernah mendapatkan simpati darinya. Aku ingat setiap kali berjumpa
Zahara diriku selalu mendapat cacian olehnya, tapi diriku bukan malah jera
malah teramat ingin memiliki dirinya.
kekesalanku
kutumpahkan pada sebuah tiang listrik yg berdiri kokoh di pinggir gang jalan,
kutendeng dengan sekuat-kuatnya, sampai ku berteriak merasakan betapa sakitnya
kakiku.
“Hiks-hiks…….
Hihihihihihihi”
kudengar
suara wanita tertawa di belakangku, dengan perasaan terkejut sambil memegang
kaki kananku ku beranikan diri membalik tubuh, untuk melihat siapakah Gadis yg
menertawaiku. “Sompret” dengan perasaan geram bercampur dongkol dan sakit,
kata-kata itu meluncur begitu saja begitu aku tahu siapakah gadis yg
menertawaiku.
Dia adalah
Suri, gadis malang
yg menderita kelainan jiwa, konon dari yg kudengar Suri mengalami hal itu
karena sakit hati dengan seorang pria bernama Bambang. Setelah Suri hamil, pria
bernama Bambang itu tak mau bertanggung jawab terhadapnya. Dia mencampakkan Suri
ketika hamil 7 bulan. dan orang tua Suri tak mau menerima Aib keluarga,
sehingga Suri di telantarkan begitu saja. Aduhai teramat malang Suri ini, ketika dirinya melahirkan
anak dari hubungan luar nikah bersama Bambang, belum genap berumur satu minggu
anaknya telah tiada.
Anak
perempuan itu telah meninggal gara-gara Suri tidak memiliki uang untuk menebus
dan merawat anaknya di rumah sakit. Pihak rumah sakit teramat kejam membiarkan
anaknya tak mendapatkan perawatan maksimal dan gizi yg baik, karena Suri
melahirkan prematur maka bayinya teramat lemah dgn dunia luar.
" Mas
Bambang..... kapan kita punya anak lagi.." teriak Suri di kepadaku
Mendengar
Suri menyebut diriku dengan nama Bambang, kusadari bahwasanya Suri mengganggap
diriku sebagai mantan kekasihnya. Segerah, saja sebuah ajian langkah seribu
segerah aku praktekan dengan bangga. Tidak lagi peduli dengan kaki kananku yg
sakit. Aku harus minggat diri dari hadapan Suri.
Tiba-tiba
saja diriku berpas-pasan dengan Juliah Rahmi, gadis cantik berkerudung hitam
ini tengah tersenyum kepadaku, sedangkan dari belakang sebuah suara..memanggil
nama Bambang masih terdengar di belakangku.
"Kak
Farits ada apa?'”Tanya Juliah kepadaku
Sementara
Suri sudah teramat dekat denganku, maka aku tidak sempat menjawab pertanyaan
Juliah, segerah jurus Langkah kaki sepuluh ribu ku praktekan, karena jurus
pertama yaitu ajian langkah seribu ternyata dapat di imbangi oleh Suri.. Maka
jurus Sepuluh ribu langkah terpaksa kugunakan.
Juliah,
melihat Suri mengejarku menatap dengan sinis dan tampak jijik. Tampaknya Juliah
menilai Suri memang layak mendapatkan itu semuanya, menurutnya Suri mendapatkan
ganjaran yg setimpal akibat perbuatan tercela dari sebuah dosa dari aib besar
yg merusak jiwa, iman dan keluarganya. Aku masah bodo saja dengan pemikiran
Juliah atau yg lainnya tentang Suri, yg kutahu aku harus berlari sejauh mungkin
dari Suri agar diriku terbebas dari persangkaanya, kalau aku ini Bambang mantan
kekasihnya itu.
Berita
diriku sudah terdengar kesebagian kawan-kawanku. Asep salah satu kawan temanku
nongkrong berceletuk seperti ini.
"Rupanya,
bukan Zahara yg kau dapatkan teman. Ternyata ketampananmu lebih menggoda Suri
untuk memilikimu di Banding si Zahara itu. guman Asep kepadaku"
"Sompret
kau, Sep. Udah tahu temen dapat musibah,malah cengegesan seperti itu."
"Maaf
bro, gue kan
cuma bercanda...." guman Asep kepadaku
"Faritz
loe bener naksir sama si Zahara?" Tanya Usman temanku yg sedari tadi duduk
di samping Asep
"Yah,
benerlah.. anak setan juga tahu gue naksir sama Zahara. masa loe gag tahu sama
sekali."
Maaf,
Rits.. guman Usman, Bukannya gue gag tahu, tapi yg gue denger si Zahara sudah
di pinang oleh lelaki yg bernama Hasan... guman Usman kembali.'
Bagai
kesandung Kontainer di jalan, terasa remuk badan ini, betapa hancurnya
persaanku. mendengar perkataan Usman seperti itu. Tba-tiba saja tangan kananku
menarik kerah baju miliknya sambil mengangkat Usman kewajahku. tangan kiriku
mengepal keras. dan segerah tanpa komando Asep menahan diriku untuk tenang.
“Tenang
Faritz mungkin si Usman hanya bercanda.” guman Asep kepadaku.
"Akh
loe Usman, bercanda jangan keterlaluan apa?” pinta Asep kepadanya
"Tapi
berita ini bener, Sep"
Perasaan
amaraku yg sedari tadi mulai sedikit reda oleh ucapan Asep, mendengar Usman
bicara seperti itu emosiku naik kembali.
sebuah
pukulan tangan kiri hampir mendarat kewajah Usman, untung Asep segerah menangkisanya,
sehingga Usman tak menjadi sasaran amarah butaku.
"Apa
loe bicara benar Usman?" tanya Asep dengan nada serius kepadanya
"Sumpah
Demi Allah, gue gag Bohong, Sep."
"Kabar
itu loe dapat dari mana?"
"Ibu
gue di undang oleh keluarga Zahara saat acara pinangan itu berlangsung."
"Gimana
Sobat, apa loe percaya dengan perkataannya."
Diriku
tertunduk lesuh, mungkin inilah jalan cerita untukku, cerita kesedihan dan
kedukaan... kejadian siang tadi saat diriku di kejar oleh Suri. adalah sebuah
pirasat untukku. Seandainya diriku Suri tentunya dirikupun akan sepertinya,
terbebani oleh perasaan cinta keseorangan, lalu aib dan fitnah mulai
bermunculan. Sehingga dirikupun akan menjadi gila sepertinya.
Malam ini
kusendiri dalam kamar termenung menatap si bodoh di cermin yg menghadap
kepadaku. Hasan pria yg meminang Zahara, wajahnya tidak terlalu tampan...
dirinya pria biasa-biasa saja, menurutku. Tapi kenapa Zahara memilihnya, bukan
kepadaku. Hasan memang sering ku temui sering berjalan dan berkunjung ke rumah
orangtua Zahara. Setiapa kali ku bertamu ke rumah Zahara sering kali kudengar
Zahara tak ada di rumah, tadi ada teman yg menunggunya jawab orangtuanya
kepadaku.
Aku tidak
pernah curiga bahwa diriku akan mendapat persaingan dalam memperebutkan cinta
Zahara. Tapi kini keretakkan hatiku sudah begitu parah, tak ada penawar
keretakkan hati ini kecuali memohon ampunan kepada-NYA.
Begitu
peluh diriku dengan luka ini, seminggu hidup tanpa Zahara tanpa melihatnya
tersenyum untukku, tak ada lagi kemarahannya kepadaku, seolah duniaku telah
mati. Alangkah indah kuingat waktu itu, kubisikan kata-kata cinta begitu keras
kepadanya, sampai tetangga menyangka diriku telah gila. Ya diriku tergila-gila
oleh panah asmarah Zahara. Tetapi Zahara hanya tersenyum saja kepadaku, selalu
begitu untuknya, dirinya tak mau membalas semua perasaan cintaku kepadanya.
Iingin ku
membunuh dirinya, membunuh dirinya bersama cintaku yg tak ada lagi harapan yg
terluka oleh sikap dan keputusannya. telah kulihat kemesraan Zahara dengan
Hasan saat dirinya berpas-pasan denganku. Aduhai, kemarahanku ternyata hanya
api kecil yg terlalu mudah di padamkan, kecemburuan menghancurkan amarahku
begitu saja kedalam tungku perapian luka.
Rasa Sesak
menyelimuti dadaku. Aku tertunduk dengan sebongkah senyum palsu saat melihat
Zahara melintasi diriku. Sudah dua minggu telah berlalu, berarti sudah 14 malam
hajat dan tahajud kujalani, ternyata luka cintaku kepada Zahara mengantarkan
diriku kesajadah ampunan Tuhan. Kini luka itu perlahan dan perlahan mulai
hilang, kini Juliah Rahmi mengisi kekosongan hatiku, dirinya yg selalu
tersenyum untukku dan tak pernah menanyakan perihal perubahan sikapku, membuat
diriku kagum kepadanya.
Juliah
menyatakan sayang kepadaku, Aduhai ada apa gerangan Tuhan.... bukan ini yg
kuingin. Di antara kecantikan wanita jelas Juliah lah yg paling cantik dan
paling menawan, tapi diriku tak pantas mendapatkannya, diriku seolah menjadi
seekor kucing kecil yg terlalu lugu kepadanya. Tak segalak dan seagresif diriku
kepada Zahara. Tapi, diriku memang membutuhkan kawan hati, mungkinkah Juliah
memang jodohku.
Lusa,
kutemui ayah dan Ibunda Juliah. Kuberanikan diri meminang anaknya, mendengar
hal ini Ayahanda Juliah dan Ibundanya teramat senang. Akhirnya Juliah
mendapatkan juga kekasih dan Calon suami yg dia inginkan. Acara akad nikah
kecil-kecilan kuadakan untuk syukuran di acara pernikahanku hanya sanak
keluarga dan teman dekat saja yg hadir.
Malam itu
kudengar Juliah berkata, “Kak aku tahu bukan Juliah yg kakak cinta, melainkan
Zahara... bukankah itu benar kak" tanyanya dengan sangat halus dan sopan
kepadaku. “Engkau Benar sayang, tapi Inilah jalan takdir Tuhan.. untukku,
untukmu dan untuk Zahara.”
"Tapi?",
Bibirnya ingin berkata lebih jauh tentang sebuah pertanyaan yg menganjal
perasaannya. akhirnya malam ini kupenuhi seluruh jawaban isrtiku hingga dia
senang dan tak ada beban lagi di hatinya.
"Tuhan
telah membunuh kesombonganku dengan penolakakan cinta Zahara terhadapku wahai
istriku. Tuhan menggantikan kesombongan itu dengan kelembutan hatiku untuk menyayangimu
dan terus memuja-NYA, sakit hatiku telah terubati dengan semua cinta dan
ampunan-NYA kepadaku. Ini adalah anugerah, mengenalnya dan menjadi Suami
untukmu.”
Malam itu
Juliah memeluk diriku sangat erap, ku kecup keningnya dan menemani tidurnya dengan
kehangatan hati.
Sebulan
sebelum satu minggu acara pernikahan Zahara dengan Hasan kudengar Hasan telah
di tikam oleh Suri, wanita gila yg selalu berteriak tentang Bambang. Ternyata
Hasan adalah Bambang mantan kekasihnya, ternyata Hasan telah merubah identitas
dirinya. Hasan tak dapat di tolong, luka tikaman suri teramat banyak di
tubuhnya.
Aduhai
Zahara kini menangis terseduh, dan kudengar berita tidak sedap tentangnya
ternyata Zahara telah Hamil 3 Bulan. Anak yg di kandung Zahara adalah hasil
hubungannya dengan Bambang, waktu itu Zahara telah di beri obat perangsang,
Zahara yg tak kuasa akhirnya jatuh kedalam pelukkan Hasan si petualang cinta yg
kini menjadi mayat tak berharga.
Diriku
datang berkunjung kerumah Zahara. Melihat dirinya menjadi sakit akibat beban yg
di alaminya, air mataku tampak berkaca.
"Kak....?"
tanya Zahara kepadaku
"Apakah
kakak masih marah kepadaku, dengan semua perbuatan Zahara kepada kakak."
"Tidak
Dik, kakak tidak marah kepadamu, justru dirimu telah mempertemukan Kakak dengan
cinta sejati-NYA"
"Siapa
dia, Kak? Apakah dia itu Juliah?"
"Bukan
Dik dia bukan Juliah"
“Lalu
siapakah Gadis itu, Kak?"
“Dia bukan
seorang gadis, Dialah Rabb semesta alam, yg telah menggantikan semua cintaku
kepadamu..."
...........................
Zahara
diam seribu bahasa...............................
“Kak,
apakah aku pantas mendapat cinta Tuhan, setelah diriku mendapat Aib seperti
ini..!”
"Tak
ada yg tak pantas, Dik! Semuanya berhak mendapatkan cinta dan kasih sayangnya,
termasuk dirimu...."
"Kak..
apakah aku masih pantas untuk di cintai........"
Aku
tersenyum kepadanya, melihat pesona matanya yg kini mulai bersinar. Dirimu
berhak mendapatkan cinta siapapun sayang.”
“Apakah...kakak...?"
ucapan itu
berhenti dari bibirnya...................
Diriku mengerti
sedikit maksud hatinya....................
kelak bila
anak ini lahir, ku akan meminangmu sebagai istriku tapi kuhanya bisa berharap
Juliah mau menerimamu sebagai teman dari maduku.
"Aku
bersedia menerimanya” Satu suara mengagetkan diriku dan Zahara..."
“Lia......
teriakku, kepadanya!”
“Tak apa
wahai suamiku, telah kudengar sebuah kejujuran-mu dan tak ada sedikitpun niatmu
menghianati diriku wahai suamiku. Maka apakah aku pantas menyombongkan diriku
dengan menolak rakhmat di hati ini.”
Diriku
memeluk Juliah, istri dan kekasih Tuhanku. Zahara tersenyum dalam kedukaan,
melihat peluh kebahagian....................untukku, Juliah dan Zahara.
.......tamat................................................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar