Jumat, 23 November 2012

Zahara Dan Embun Hitam



Cerita ini kubuat untuk seseorang yg menyimpan perasaan sejernih telaga kautsar, sejernih embun pagi yg menghadirkan kesegaran. Sekiranya cerita dusta ini menghadirkan angan-angan semu. Ku mohon maaf darimu, teramat picik pemikiranku dan teramat dangkal perbendaharaan kata-kataku. Sekiranya mampu menghadirkan senyum dalam tepian bibirmu yg indah, maafkanlah diriku... cerita ini bukan untuk di puja.

Teramat ingin melihat dirimu tersenyum, teramat ingin membuai dirimu dengan bahagia. Hanya ini yg kumampu, menghadirkan cerita cinta yg tak sempurnah.
..............................................................................................................................


Ilalang bernyanyi dalam merdu gesekan sukma, terlantun ayat-ayat rindu dalam sabda cinta yg buta. Membentangkan sajadah panjang kerinduan tak bertepi. Melafalkan Doa-do`a tak sempurnah Yang tersaji dalam kitab semu pengkhianatan. Kecuali hakikat doa-ku yg suci, yang terpenjara dalam kubur kematian rindu kepadamu. Teramat sukar untuk ku mengerti, kecuali hanya kekosongan dan kekosongan.

Kini pembaringanku telah penuh oleh peluh kerinduan akan kematian, bersama terhisapnya candu rindumu yg menusuk sukmaku begitu dalam. Telaga Kautsar dalam angan surgaku. Tak seindah gambaran Neraka yg kau sajikan dalam kehidupanku. Kini hanya serumpun ilalang gersang di padang rindu, yg selalu membisikan ayat-ayat rindu penuh dusta. Yang membuat diriku menunggu dalam tabir gelap malam. Bersama lentera kecilku yg telah padam.

Dalam keseorangan yg terus merindukan dirimu, sepucuk bayanganmu tak pernah datang dan bersua denganku, entah di mana kau tinggalkan dirimu sendiri. Berikan kusatu kesetian untuk menunggu kepastian, sebagai penjemput ajal rindu yg terus mencekam. Agar sekiranya malam gelapku menemukan purnamanya . Beginilah siksanya kerinduan seorang insan, di timpa rindu kepanjangan bagai mengharap embun hitam hadir di padang rindu yg telah gersang.

Zahara adalah gadis yang paling kurindukan di antara bidadari yg DIA kirimkan untukku. Zahara yg selalu membuatku tersenyum di kalah susah maupun duka, tak pernah kudengar peluhnya dan tak pernah ku tahu akan kisahnya. Kecuali sejuta kagum untuknya, yg selalu hadir menghiasi hatiku kala diriku berjumpa denganya. Aduhai teramat ingin diriku mengecup bibirnya yg indah merekah, bersama madu kerinduan yg selalu dia sajikan dalam tutur katanya yg santun.

Juliah Rahmi gadis cantik penuh pujaan, teramat banyak insan lelaki yg memimpikan dirinya. Menjadi penghias hati dan sebagai istri yg soleha. Teramat suci dirinya, sehingga diriku hanyalah sebuah duri yg menghisi tangkai bunganya. Juliah di lahirkan dalam keluarga yg penuh dengan ketaqwaan. Tak pernah kudengar sebuah fitnah datang kepada saudari Juliah dan Zahara, telah banyak lelaki tampan dan hartawan datang berkunjung untuk meminang. tapi tak ada satupun yg berkenan.

Siang hari teramat terik, dan seteriknya hatiku yg lelah menunggu Zahara melintas siang ini, bahda Zuhur sudah lewat satu jam yg lalu, seharusnya Zahara sudah melewati warung kopi Milik Ibu Anissah. Tapi sampai pukul 13.37 tak kulihat Zahara melalui jalan ini. Aduhai Apakah Zahara telah sadar bahwa diriku selalu mencuri pandang dan selalu menunggunya datang, hanya untuk melihat betapa elok kecantikkannya.

Kesal bercampur lelah kini menghinggapi pikiranku, di dasar hatiku mulai muncul perasaan was-was dan bimbang. kupikiri diriku tak akan pernah memiliki Zahara, dan tak akan pernah mendapatkan simpati darinya. Aku ingat setiap kali berjumpa Zahara diriku selalu mendapat cacian olehnya, tapi diriku bukan malah jera malah teramat ingin memiliki dirinya.

kekesalanku kutumpahkan pada sebuah tiang listrik yg berdiri kokoh di pinggir gang jalan, kutendeng dengan sekuat-kuatnya, sampai ku berteriak merasakan betapa sakitnya kakiku.

“Hiks-hiks……. Hihihihihihihi”

kudengar suara wanita tertawa di belakangku, dengan perasaan terkejut sambil memegang kaki kananku ku beranikan diri membalik tubuh, untuk melihat siapakah Gadis yg menertawaiku. “Sompret” dengan perasaan geram bercampur dongkol dan sakit, kata-kata itu meluncur begitu saja begitu aku tahu siapakah gadis yg menertawaiku.

Dia adalah Suri, gadis malang yg menderita kelainan jiwa, konon dari yg kudengar Suri mengalami hal itu karena sakit hati dengan seorang pria bernama Bambang. Setelah Suri hamil, pria bernama Bambang itu tak mau bertanggung jawab terhadapnya. Dia mencampakkan Suri ketika hamil 7 bulan. dan orang tua Suri tak mau menerima Aib keluarga, sehingga Suri di telantarkan begitu saja. Aduhai teramat malang Suri ini, ketika dirinya melahirkan anak dari hubungan luar nikah bersama Bambang, belum genap berumur satu minggu anaknya telah tiada.

Anak perempuan itu telah meninggal gara-gara Suri tidak memiliki uang untuk menebus dan merawat anaknya di rumah sakit. Pihak rumah sakit teramat kejam membiarkan anaknya tak mendapatkan perawatan maksimal dan gizi yg baik, karena Suri melahirkan prematur maka bayinya teramat lemah dgn dunia luar.

" Mas Bambang..... kapan kita punya anak lagi.." teriak Suri di kepadaku

Mendengar Suri menyebut diriku dengan nama Bambang, kusadari bahwasanya Suri mengganggap diriku sebagai mantan kekasihnya. Segerah, saja sebuah ajian langkah seribu segerah aku praktekan dengan bangga. Tidak lagi peduli dengan kaki kananku yg sakit. Aku harus minggat diri dari hadapan Suri.

Tiba-tiba saja diriku berpas-pasan dengan Juliah Rahmi, gadis cantik berkerudung hitam ini tengah tersenyum kepadaku, sedangkan dari belakang sebuah suara..memanggil nama Bambang masih terdengar di belakangku.

"Kak Farits ada apa?'”Tanya Juliah kepadaku

Sementara Suri sudah teramat dekat denganku, maka aku tidak sempat menjawab pertanyaan Juliah, segerah jurus Langkah kaki sepuluh ribu ku praktekan, karena jurus pertama yaitu ajian langkah seribu ternyata dapat di imbangi oleh Suri.. Maka jurus Sepuluh ribu langkah terpaksa kugunakan.

Juliah, melihat Suri mengejarku menatap dengan sinis dan tampak jijik. Tampaknya Juliah menilai Suri memang layak mendapatkan itu semuanya, menurutnya Suri mendapatkan ganjaran yg setimpal akibat perbuatan tercela dari sebuah dosa dari aib besar yg merusak jiwa, iman dan keluarganya. Aku masah bodo saja dengan pemikiran Juliah atau yg lainnya tentang Suri, yg kutahu aku harus berlari sejauh mungkin dari Suri agar diriku terbebas dari persangkaanya, kalau aku ini Bambang mantan kekasihnya itu.

Berita diriku sudah terdengar kesebagian kawan-kawanku. Asep salah satu kawan temanku nongkrong berceletuk seperti ini.

"Rupanya, bukan Zahara yg kau dapatkan teman. Ternyata ketampananmu lebih menggoda Suri untuk memilikimu di Banding si Zahara itu. guman Asep kepadaku"

"Sompret kau, Sep. Udah tahu temen dapat musibah,malah cengegesan seperti itu."

"Maaf bro, gue kan cuma bercanda...." guman Asep kepadaku

"Faritz loe bener naksir sama si Zahara?" Tanya Usman temanku yg sedari tadi duduk di samping Asep

"Yah, benerlah.. anak setan juga tahu gue naksir sama Zahara. masa loe gag tahu sama sekali."

Maaf, Rits.. guman Usman, Bukannya gue gag tahu, tapi yg gue denger si Zahara sudah di pinang oleh lelaki yg bernama Hasan... guman Usman kembali.'

Bagai kesandung Kontainer di jalan, terasa remuk badan ini, betapa hancurnya persaanku. mendengar perkataan Usman seperti itu. Tba-tiba saja tangan kananku menarik kerah baju miliknya sambil mengangkat Usman kewajahku. tangan kiriku mengepal keras. dan segerah tanpa komando Asep menahan diriku untuk tenang.

“Tenang Faritz mungkin si Usman hanya bercanda.” guman Asep kepadaku.
"Akh loe Usman, bercanda jangan keterlaluan apa?” pinta Asep kepadanya
"Tapi berita ini bener, Sep"
Perasaan amaraku yg sedari tadi mulai sedikit reda oleh ucapan Asep, mendengar Usman bicara seperti itu emosiku naik kembali.
sebuah pukulan tangan kiri hampir mendarat kewajah Usman, untung Asep segerah menangkisanya, sehingga Usman tak menjadi sasaran amarah butaku.

"Apa loe bicara benar Usman?" tanya Asep dengan nada serius kepadanya
"Sumpah Demi Allah, gue gag Bohong, Sep."
"Kabar itu loe dapat dari mana?"
"Ibu gue di undang oleh keluarga Zahara saat acara pinangan itu berlangsung."
"Gimana Sobat, apa loe percaya dengan perkataannya."

Diriku tertunduk lesuh, mungkin inilah jalan cerita untukku, cerita kesedihan dan kedukaan... kejadian siang tadi saat diriku di kejar oleh Suri. adalah sebuah pirasat untukku. Seandainya diriku Suri tentunya dirikupun akan sepertinya, terbebani oleh perasaan cinta keseorangan, lalu aib dan fitnah mulai bermunculan. Sehingga dirikupun akan menjadi gila sepertinya.

Malam ini kusendiri dalam kamar termenung menatap si bodoh di cermin yg menghadap kepadaku. Hasan pria yg meminang Zahara, wajahnya tidak terlalu tampan... dirinya pria biasa-biasa saja, menurutku. Tapi kenapa Zahara memilihnya, bukan kepadaku. Hasan memang sering ku temui sering berjalan dan berkunjung ke rumah orangtua Zahara. Setiapa kali ku bertamu ke rumah Zahara sering kali kudengar Zahara tak ada di rumah, tadi ada teman yg menunggunya jawab orangtuanya kepadaku.

Aku tidak pernah curiga bahwa diriku akan mendapat persaingan dalam memperebutkan cinta Zahara. Tapi kini keretakkan hatiku sudah begitu parah, tak ada penawar keretakkan hati ini kecuali memohon ampunan kepada-NYA.

Begitu peluh diriku dengan luka ini, seminggu hidup tanpa Zahara tanpa melihatnya tersenyum untukku, tak ada lagi kemarahannya kepadaku, seolah duniaku telah mati. Alangkah indah kuingat waktu itu, kubisikan kata-kata cinta begitu keras kepadanya, sampai tetangga menyangka diriku telah gila. Ya diriku tergila-gila oleh panah asmarah Zahara. Tetapi Zahara hanya tersenyum saja kepadaku, selalu begitu untuknya, dirinya tak mau membalas semua perasaan cintaku kepadanya.

Iingin ku membunuh dirinya, membunuh dirinya bersama cintaku yg tak ada lagi harapan yg terluka oleh sikap dan keputusannya. telah kulihat kemesraan Zahara dengan Hasan saat dirinya berpas-pasan denganku. Aduhai, kemarahanku ternyata hanya api kecil yg terlalu mudah di padamkan, kecemburuan menghancurkan amarahku begitu saja kedalam tungku perapian luka.

Rasa Sesak menyelimuti dadaku. Aku tertunduk dengan sebongkah senyum palsu saat melihat Zahara melintasi diriku. Sudah dua minggu telah berlalu, berarti sudah 14 malam hajat dan tahajud kujalani, ternyata luka cintaku kepada Zahara mengantarkan diriku kesajadah ampunan Tuhan. Kini luka itu perlahan dan perlahan mulai hilang, kini Juliah Rahmi mengisi kekosongan hatiku, dirinya yg selalu tersenyum untukku dan tak pernah menanyakan perihal perubahan sikapku, membuat diriku kagum kepadanya.

Juliah menyatakan sayang kepadaku, Aduhai ada apa gerangan Tuhan.... bukan ini yg kuingin. Di antara kecantikan wanita jelas Juliah lah yg paling cantik dan paling menawan, tapi diriku tak pantas mendapatkannya, diriku seolah menjadi seekor kucing kecil yg terlalu lugu kepadanya. Tak segalak dan seagresif diriku kepada Zahara. Tapi, diriku memang membutuhkan kawan hati, mungkinkah Juliah memang jodohku.

Lusa, kutemui ayah dan Ibunda Juliah. Kuberanikan diri meminang anaknya, mendengar hal ini Ayahanda Juliah dan Ibundanya teramat senang. Akhirnya Juliah mendapatkan juga kekasih dan Calon suami yg dia inginkan. Acara akad nikah kecil-kecilan kuadakan untuk syukuran di acara pernikahanku hanya sanak keluarga dan teman dekat saja yg hadir.

Malam itu kudengar Juliah berkata, “Kak aku tahu bukan Juliah yg kakak cinta, melainkan Zahara... bukankah itu benar kak" tanyanya dengan sangat halus dan sopan kepadaku. “Engkau Benar sayang, tapi Inilah jalan takdir Tuhan.. untukku, untukmu dan untuk Zahara.”

"Tapi?", Bibirnya ingin berkata lebih jauh tentang sebuah pertanyaan yg menganjal perasaannya. akhirnya malam ini kupenuhi seluruh jawaban isrtiku hingga dia senang dan tak ada beban lagi di hatinya.

"Tuhan telah membunuh kesombonganku dengan penolakakan cinta Zahara terhadapku wahai istriku. Tuhan menggantikan kesombongan itu dengan kelembutan hatiku untuk menyayangimu dan terus memuja-NYA, sakit hatiku telah terubati dengan semua cinta dan ampunan-NYA kepadaku. Ini adalah anugerah, mengenalnya dan menjadi Suami untukmu.”

Malam itu Juliah memeluk diriku sangat erap, ku kecup keningnya dan menemani tidurnya dengan kehangatan hati.

Sebulan sebelum satu minggu acara pernikahan Zahara dengan Hasan kudengar Hasan telah di tikam oleh Suri, wanita gila yg selalu berteriak tentang Bambang. Ternyata Hasan adalah Bambang mantan kekasihnya, ternyata Hasan telah merubah identitas dirinya. Hasan tak dapat di tolong, luka tikaman suri teramat banyak di tubuhnya.

Aduhai Zahara kini menangis terseduh, dan kudengar berita tidak sedap tentangnya ternyata Zahara telah Hamil 3 Bulan. Anak yg di kandung Zahara adalah hasil hubungannya dengan Bambang, waktu itu Zahara telah di beri obat perangsang, Zahara yg tak kuasa akhirnya jatuh kedalam pelukkan Hasan si petualang cinta yg kini menjadi mayat tak berharga.

Diriku datang berkunjung kerumah Zahara. Melihat dirinya menjadi sakit akibat beban yg di alaminya, air mataku tampak berkaca.

"Kak....?" tanya Zahara kepadaku
"Apakah kakak masih marah kepadaku, dengan semua perbuatan Zahara kepada kakak."
"Tidak Dik, kakak tidak marah kepadamu, justru dirimu telah mempertemukan Kakak dengan cinta sejati-NYA"
"Siapa dia, Kak? Apakah dia itu Juliah?"
"Bukan Dik dia bukan Juliah"
“Lalu siapakah Gadis itu, Kak?"

“Dia bukan seorang gadis, Dialah Rabb semesta alam, yg telah menggantikan semua cintaku kepadamu..."
...........................

Zahara diam seribu bahasa...............................
“Kak, apakah aku pantas mendapat cinta Tuhan, setelah diriku mendapat Aib seperti ini..!”
"Tak ada yg tak pantas, Dik! Semuanya berhak mendapatkan cinta dan kasih sayangnya, termasuk dirimu...."
"Kak.. apakah aku masih pantas untuk di cintai........"

Aku tersenyum kepadanya, melihat pesona matanya yg kini mulai bersinar. Dirimu berhak mendapatkan cinta siapapun sayang.”
“Apakah...kakak...?"
ucapan itu berhenti dari bibirnya...................
Diriku mengerti sedikit maksud hatinya....................

kelak bila anak ini lahir, ku akan meminangmu sebagai istriku tapi kuhanya bisa berharap Juliah mau menerimamu sebagai teman dari maduku.
"Aku bersedia menerimanya” Satu suara mengagetkan diriku dan Zahara..."

“Lia...... teriakku, kepadanya!”

“Tak apa wahai suamiku, telah kudengar sebuah kejujuran-mu dan tak ada sedikitpun niatmu menghianati diriku wahai suamiku. Maka apakah aku pantas menyombongkan diriku dengan menolak rakhmat di hati ini.”
Diriku memeluk Juliah, istri dan kekasih Tuhanku. Zahara tersenyum dalam kedukaan, melihat peluh kebahagian....................untukku, Juliah dan Zahara.

.......tamat................................................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar